Namanya
juga burung yang hanya aktif pada malam hari, kecil lagi ukurannya,
hanya sejengkal tangan orang dewasa. Masih ditambah lagi dengan
kebiasaannya yang nangkring di pohon-pohon tinggi di hutan-hutan
pegunungan. Tidak heran juga kalau apa-apa tentang burung ini belum
banyak diketahui. Burung yang susah sangat dilihatnya ini hanya terdapat
di hutan-hutan pegunungan di Pulau Flores. Celepuk flores (Otus alfredi).
Burung ini pertama kali diketahui keberadaannya pada tahun 1896 oleh Hartert yang mendapatkan burung ini dari Gunung Repok pada ketinggian sekitar 1.000 meter. Sejak itu, tidak ada lagi laporan mengenai keberadaan burung yang satu ini. Baru pada tahun 1994 burung ini ditemukan kembali di Taman Wisata Ruteng di Danau Rana Mese (bulan Maret) dan lereng utara Poco Mandasewu (Mei). Catatan terakhir tentang burung ini ada di sekitar Danau Rana Mese yang dibuat pada tahun 1997. Sebagai celepuk, burung yang satu ini relatif pendiam, tidak seperti saudaranya yang rajin memanggil-manggil. Kebiasaan diam begini, ditambah tempat nangkringnya yang tinggi dan aktifnya hanya di malam hari membuat burung ini sulit dilihat. Warna badannya yang merah kecoklatan seperti warna karat cantik sebenarnya untuk dilihat, berpadu serasi dengan matanya yang bundar besar berwarna kuning. Celepuk flores terdaftar sebagai salah satu jenis burung yang secara global terancam punah dengan status Genting (Endangered). Terancam punah begini bukan karena ia diburu tetapi lebih karena rumahnya (hutan-hutan itu) terus menyusut luasnya. Tidak perlu cerita panjang soal yang satu ini, lha wong Indonesia itu pemegang record dunia untuk kehilangan hutan kok, seperti yang ditulis sama setan alas di sini. Foto © James Eaton/Birdtour Asia diambil dari sini. sumber : http://ndobos.com/2007/03/23/celepuk-flores/ |
-visit us: @Mr_ikky and Friends- |
Monday, 4 May 2015
Celepuk flores
Labels:
Burung Hantu,
celepuk
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment